Dalam konteks pengajaran tradisional, penguasaan keterampilan membaca dan menulis merupakan penanda penguasaan literasi. Pada saat itu, seseorang yang dapat membaca dan menulis dianggap literat. Saat ini, literasi didefinisikan bukan hanya sekadar mampu membaca dan menulis, namun lebih luas lagi yakni “mampu berbicara dengan santun, mampu berperilaku sosial serta menjalin silaturahmi, mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, mampu memahami budaya, dan mampu menempatkan literasi dalam kehidupan untuk dapat berkomunikasi dengan efektif”.
Literasi berkembang dari sekadar tulisan di atas kertas menjadi teks multimodal dalam bentuk cetakan elektronik dan tulis-audio-visual. Penguasaan kemampuan literasi berkembang menjadi kemampuan multiliterasi. Oleh karena itu, sekolah harus mengupayakan melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang digulirkan oleh pemerintah untuk mengupayakan pembiasaan literasi di sekolahnya masing-masing melalui kebijakan dan program yang disusun khusus untuk kegiatan berliterasi.
Budaya literasi haruslah ditumbuhkembangkan di sekolah agar siswa dapat membiasakan diri mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang tentunya akan berberguna untuk dirinya. Semakin besar siswa sadar akan pentingnya litarasi maka semakin besar peluang siswa untuk dapat bersaing di era moderen. Kemampuan dalam membaca dapat menjadi langkah awal dalam memahami literasi dasar lainnya, seperti literasi sains, literasi numerasi, literasi digital, literasi budaya dan kewarganegaraan serta literasi finansial.
Budaya literasi sekolah sangatkah diperlukan, selain untuk meningkatkan mutu pembelajaran, literasi sekolah juga bertujuan untuk memfasilistasi dan mengembangkan kemampuan siswa, membiasakan membaca serta mengelola informasi yang mereka peroleh, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, bermutu dan menyenangkan seperti yang tertera dalam Tujuan Literasi Sekolah.
Budaya literasi dapat diprogramkan dalam sebuah perencanaan yang mengarah kepada upaya peningkatan kemampuan literasi. Untuk mensukseskan implementasi budaya literasi di sekolah, terdapat peran penting tim literasi dan duta literasi. Duta Literasi Sekolah bertugas membantu sekolah dalam menyosialisasikan dan menyukseskan program literasi, baik internal maupun eksternal. Peserta didik yang terpilih menjadi duta literasi akan mendapatkan pelatihan khusus mengenai literasi yang dilaksanakan minimal satu kali pelatihan dalam satu semester. Para duta literasi diberikan penghargaan dalam bentuk Surat Keputusan dari sekolah dan sertifikat khusus sebagai duta literasi. Duta-duta literasi terdiri dari peserta didik yang ditunjuk atau mengajukan diri untuk menjadi duta literasi. Setiap kelas ditunjuk perwakilan 2 orang atau lebih untuk menjadi duta literasi.
SMAN 3 Depok memiliki Program Budaya Literasi. Dalam pelaksanaan program tersebut, SMAN 3 depok menunjuk duta-duta literasi yang dipilih sebagai perwakilan siswa per-kelas, terdiri dari 2 orang atau lebih. Salah satu Program Budaya Literasi SMAN 3 Depok adalah mengadakan kegiatan pelatihan untuk para duta literasi. Tujuan dari pelatihan tersebut untuk meningkatkan kemampuan para duta literasi dalam berliterasi dan berkarya, dan dapat menjadi contoh untuk siswa-siswa yang lain sehingga menjadi motivasi seluruh siswa agar dapat mengikuti kegiatan literasi dengan baik. Oleh karena itu, direncanakan pengadaan kegiatan pelatihan untuk para duta literasi, yang bernama “PEDULI” yaitu Pelatihan Duta Literasi. Dalam pelatihan ini diharapkan dan bertujuan para duta literasi akan membawa perubahan pada perkembangan, pembelajaran, dan peningkatan kemampuan literasi hingga mampu menghasilkan sebuah karya di SMAN 3 Depok.