Info Sekolah
Selasa, 24 Jun 2025
  • NPSN: 20223817 | Alamat: Jl. Raden Saleh No. 45 Depok - Jawa Barat
  • NPSN: 20223817 | Alamat: Jl. Raden Saleh No. 45 Depok - Jawa Barat
14 Februari 2023

LITERASI BACA DAN TULIS

Sel, 14 Februari 2023 Dibaca 444x

Literasi Baca dan Tulis

Dr. Lina Herlina, M.Pd

Literasi adalah suatu symbol, sistem dan tata bunyi yang mengandung makna, merupakan suatu kompetensi dasar yang mencakup 4 aspek kemampuan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dua kemampuan pertama merupakan kemampuan berbahasa yang tercakup dalam kemampuan orasi (oracy). Sedangkan kemampuan kedua merupakan kemampuan yang tercakup dalam kemampuan literasi (literacy). Kemampuan orasi merupakan kemampuan yang berhubungan dengan bahasa lisan, sedangkan kemampuan literasi berkaitan dengan bahasa tulis. Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan terutama diperoleh melalui membaca. Keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini.Literasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kegiatan membaca, berpikir, dan menulis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami informasi secara kritis, kreatif, dan reflektif. Literasi dapat dijadikan sebagai basis pembelajaran di sekolah (Anggraini, 2016, Direktorat SMA, 2020, Suyono, dkk, 2017).

Berdasarkan data United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2014, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangi angka buta huruf. Dari data tersebut tercatat bahwa tingkat kemelekhurufan masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8% untuk kategori remaja. Dari capaian ini menunjukkan bahwa tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekhurufan di Indonesia telah dilewati. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, setidaknya angka melek aksara penduduk Indonesia di rentang usia 15 hingga 24 tahun yang meliputi membaca, menulis dan berhitung mencapai angka 99,76 persen, atau hanya sekitar 0,24 persen yang masih buta aksara. Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan angka melek aksara nyatanya belum sebanding dengan tingkat aktivitas literasi yang seharusnya. Data Penelitian Pemeringkatan Literasi melalui Indeks Literasi Nasional oleh Kemendikbud yang menghasilkan Indeks Alibaca (Angka Literasi Membaca) Indonesia yang dikeluarkan di tahun 2019 menunjukan hasil bahwa dari 34 provinsi di Indonesia, terdapat sembilan provinsi (26%) masuk dalam kategori aktivitas literasi sedang; 24 provinsi (71%) masuk kategori rendah; dan satu provinsi (3%) masuk kategori sangat rendah dimana artinya, tidak ada satupun provinsi di Indonesia yang masuk kategori aktivitas literasi tinggi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik Indonesia sudah mampu membaca namun masih mengalami buta huruf fungsional; mereka mampu membaca namun tidak dapat menangkap pesan dari apa yang sudah mereka baca, mereka masih kesulitan dalam memahami konteks wacana dengan tepat terhadap teks yang mereka baca dan masih kesulitan dalam menjawab pertanyaan berdasarkan informasi dalam teks. (Dewi, dkk, 2019, Direktorat SMA, 2020).

Budaya literasi haruslah ditumbuhkembangkan di sekolah agar siswa dapat membiasakan diri mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang tentunya akan berberguna untuk dirinya. Semakin besar siswa sadar akan pentingnya litarasi maka semakin besar peluang siswa untuk dapat bersaing di era moderen. Kemampuan dalam membaca dapat menjadi langkah awal dalam memahami literasi dasar lainnya, seperti literasi sains, literasi numerasi, literasi digital, literasi budaya dan kewarganegaraan serta literasi finansial. (Aulia, 2017, Dyah, 2019). Salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk memaksimalkan kemampuan literasi siswa adalah mengintegrasikan literasi dengan kurikulum pembelajaran melalui program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS bertujuan untuk menciptakan warga sekolah yang literat, dan untuk menumbuhkembangkan kebiasaan membaca di lingkungan sekolah. Hasil dari GLS diharapkan mampu membekali peserta didik dengan kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. SMA di Indonesia wajib melaksanakan program GLS. Gerakan ini membina dan mengembangkan budaya baca di sekolah dengan program yang melibatkan seluruh warga sekolah (whole-school). Selanjutnya, diharapkan terbentuk masyarakat literat yang melibatkan rumah-sekolah masyarakat (home-school-community partnership). (Suyono, dkk, 2017, Direktorat SMA, 2020).

Keterlibatan sekolah sangatlah penting dalam pelaksanan suatu program dalam mengembangkan budaya berkualitas di sekolah. Budaya literasi sekolah sangatkah diperlukan, selain untuk meningkatkan mutu pembelajaran, literasi sekolah juga bertujuan untuk memfasilistasi dan mengembangkan kemampuan siswa, membiasakan membaca serta mengelola informasi yang mereka peroleh, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, bermutu dan menyenangkan seperti yang tertera dalam Tujuan Literasi Sekolah. Oleh karena itu, perlu ada program dan pembiasaan berliterasi di sekolah. Kegiatan literasi juga merupakan salah satu butir dalam komponen Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dinilai oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) melalui instrumen 3akreditasi sekolah pada nomor 33. Instrumen tersebut menilai kegiatan pembiasaan melalui gerakan literasi yang meliputi perencanaan dan penilaian program literasi, waktu yang cukup untuk kegiatan literasi dasar, membaca buku, lomba terkait literasi, memajang karya tulis, penghargaan berkala untuk peserta didik, dan pelatihan literasi. Dengan demikian, sekolah wajib melaksanakan kegiatan literasi. (Aulia, 2017, Direktorat SMA, 2020).

Berdasarkan Rapor Pendidikan SMAN 3 Depok tahun 2021, kemampuan literasi SMAN 3 Depok sudah mendapatkan nilai 2.58 dengan capaian di atas kompetensi minimum. Sementara itu, perbandingan dengan satuan Pendidikan serupa di nasional, SMAN 3 Depok sudah mencapai nilai 1.94, nilai rata-rata Kab/Kota mencapai 2.11, nilai rata-rata provinsi mencapai 1.86, dan nilai rata-rata nasional mencapai 1.84. Nilai capaian tersebut pada Rapor Pendidikan SMAN 3 Depok tahun 2021, pada indikator presentasi peserta didik berdasarkan kemampuan dalam memahami, menggunakan, merefleksi, dan mengevaluasi beragama jenis teks (teks internasional dan teks fiksi). Pada defenisi capaiannya yaitu peserta didik di sekolah menunjukkan tingkat literasi membaca yang cakap dan cukup banyak peserta didik berada pada level mahir. Berdasarkan data tersebut, capaian literasi SMAN 3 Depok berada di atas kompetensi minimum menjadi acuan dalam pelaksanaan literasi di SMAN 3 Depok.