IBU

Wahai Ibu…

Engkau ditaktdirkan untuk bersamaku, namun bukan untuk kumiliki.

Sesaat, hanya sesaat.

Karena sesaat itulah engkau berikan rumah untuk ragaku.

Kehangatan untuk jiwaku.

Sandaran untuk setiap pilu yang kurasakan.

Wahai Ibu…

Engkau jadikan agama sebagai pakaianmu dan anak-anakmu.

Sebab, semua akan kembali.

Kembali, kembali pada garis waktu.

Engkau upayakan karena engkau tak ingin anak-anakmu kosong bagai ampas.

Wahai Ibu…

Engkaulah busur dan kami sebagai anak panah yang meluncur.

Tuhan tahu sasaran bidikan keabadian yang tertulis.

Sehingga, sewaktu-waktu anak panah akan menantangmu melesat jauh serta cepat.

Kau tak lagi risau.

Sebab, engkau telah menjadi busur penghubung antara insan dan Sang Pencipta.

Wahai Ibu…

Terima kasih atas segala kasih sayang…

Apapun upayaku membalas kebaikanmu tak akan pernah cukup.

Namun, kuyakin Tuhan telah menggariskan hal terbaik untukmu.

Oleh sebab itu, Ibu…

Aku upayakan untuk selalu bisa mendoakanmu dan menjaga perasaanmu.

Semoga sehat selalu Ibu, kami sayang Ibu, dan maaf atas segala khilaf…

Robbighfirli, wa liawalidayya, warhamhuma kama robbayani shaghira…